JAKARTA UTARA | MEDIABUSER.COM – Polusi hingga debu-debu batu bara menghantui sekolah luar biasa Negeri (SLBN) 8 Jakarta. Polusi hingga debu batu bara tersebut ternyata berasal dari adanya aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Lokasi aktivitas ini tak jauh dari sekolah yang seatap dengan SD Negeri 05 Marunda, dan SMP Negeri 290 tersebut. Di SLBN 8 Jakarta, diketahui terdapat 130 siswa, yang terdiri tingkat SDLB, SMPLB, hingga SMALB.
Didalamnya, ada beberapa anak berkebutuhan khusus baik tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa dan autis. Seperti diketahui, debu batu bara berdampak pada kesehatan dalam jangka panjang.
Kemudian, bagaimana nasib 130 siswa siswi luar biasa yang sekolah di SLBN 8 Jakarta Kepala sekolah SLB N 8 Jakarta, M Bachrun pun memberikan tanggapan.
“Sekarang anak-anak kan masih PJJ (pendidikan jarak jauh) sekitar 50 persen. Memang debu itu sendiri, hampir tiap hari tim kebersihan membersihkan, mengepel lantai Memang tidak kelihatan, tapi kalau disapu, lantai terlihat hitam,” ujarnya kepada Jurnalis.
TIM MEDIA BUSER INVESTIGASI dapat pengaduan masyarakat dan Kepala SDN 05 Marunda, Jakarta Utara, Purwatiningsih menjelaskan, area sekolah yang terdampak cemar debu batu bara menyebabkan seorang muridnya mengalami kerusakan mata.
Akibatnya, debu batu bara siswa tersebut sakit mata menjalani operasi untuk mengganti kornea matanya.
“Siswa kami akan mengalami kebutaan bahkan ganti kornea,” kata Ningsih, Kamis (11/5/22).
Dia mengaku tidak mengetahui debu apa yang masuk ke mata sang murid. Namun, dia menduga bukan debu biasa karena dampak yang ditunjukkan sangat parah dan fatal.
Menurut dia, murid yang terkena paparan debu tersebut juga tiba-tiba memiliki penyakit asma, padahal sebelumnya sehat.
Penyakit asma itu menggagalkan operasi mata kedua yang harus dilalui murid tersebut.
“Operasi kedua pengambilan benang karena kendur dan itu gagal karena dia punya asma, padahal selama ini tidak punya asma,” ujar Purwatiningsih.
Saat ini, kondisi murid tersebut masih terus dipantau oleh tim medis setelah menjalani operasi transplantasi kornea.
Jika kornea pengganti tidak cocok, kata Iningsih, maka kornea tersebut harus diganti lagi. “Dan itu pakai biaya sendiri,” kata dia. Sehingga berita ini di turunkan berdasarkan hasil penulusuran TIM MEDIA BUSER INVESTIGASI.
(*)